Salah satu penyakit hati yang sering tidak kita sadari adalah terlalu sibuk melihat kekurangan orang lain,
sementara kekurangan kita sendiri terabaikan. Padahal, setiap waktu yang kita habiskan untuk mencela
atau menggunjing orang lain adalah waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
Imam Hasan al-Bashri rahimahullah pernah berkata: “Perbaikilah aibmu. Setiap kali engkau memperbaiki satu aib, akan tampak aib lainnya yang harus engkau perbaiki. Maka engkau akan sibuk memperbaiki dirimu sendiri. Dan Allah mencintai hamba yang sibuk memperbaiki diri.”
Manusia itu penuh kekurangan, tapi banyak yang tertutup dari penglihatannya sendiri.
Begitu seseorang berusaha memperbaiki satu masalah (misalnya sifat sombong), Allah akan membukakan pandangan terhadap kekurangan lain yang sebelumnya tak terlihat (misalnya sifat malas, riya, atau dusta).
Proses ini seperti mengupas lapisan bawang, setiap lapisan yang dibuka menampakkan lapisan lain di dalamnya
Jika waktu kita gunakan untuk mengevaluasi diri kita sendiri, maka kita tidak akan punya waktu untuk mencari cari aib orang lain.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menambahkan: “Hendaklah engkau sibuk memperbaiki dirimu, jangan sibuk membicarakan orang lain. Barang siapa yang selalu membicarakan orang lain, maka ia telah tertipu.”
Tertipu di sini maksudnya adalah ia mengira dirinya sedang “peduli” atau “mengingatkan”, padahal sebenarnya ia sedang membuang waktunya, mengumpulkan dosa, dan lalai dari kewajiban memperbaiki diri sendiri. Orang seperti ini tertipu oleh hawa nafsunya, merasa dirinya lebih baik daripada orang yang dibicarakan, padahal mungkin keadaan dirinya lebih buruk di sisi Allah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Barang siapa yang mengenali dirinya, maka ia akan sibuk memperbaikinya daripada sibuk mengurusi aib orang lain. Barang siapa yang mengenal Rabb-nya,
niscaya ia akan sibuk beribadah kepada-Nya daripada menuruti hawa nafsunya.”
Dalil dari Al-Qur’an Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Dalil dari Hadits
Rasulullah Saw bersabda:
“Berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri sehingga tidak sempat memperhatikan aib orang lain.” (HR. Al-Bazzar, hasan)
Dalam hadits lain:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari & Muslim)
Bagaimana Aplikasinya dalam Kehidupan?
1. Di rumah: Alihkan energi dari mengkritik pasangan atau anak secara terus-menerus menjadi introspeksi
diri. Gunakan waktu bercengkerama untuk saling menasihati dengan lembut.
2. Di lingkungan kerja: Hindari gosip kantor, fokus tingkatkan kinerja pribadi.
3. Di media sosial: Tahan jari dari komentar negatif, gunakan akun untuk berbagi kebaikan.
4. Dalam ibadah: Doakan orang yang berbuat salah dan introspeksi diri.
Hidup ini adalah perjalanan menuju Allah. Kesibukan terbaik adalah memperbaiki diri, bukan mencari aib
orang lain. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar