Pernahkah kamu memainkan rubik? Mainan yang tampak sederhana, tapi ternyata cukup rumit untuk disusun kembali setelah diputar.
Begitu pula hidup, kelihatannya biasa saja, tetapi ternyata banyak lika liku didalamnya. Seperti rubik, hidup menuntut kesabaran, sudut pandang yang tepat, dan keberanian untuk terus memutar arah — meski kadang terasa kita malah makin jauh dari tujuan.
Proses Itu Penting
Saat memainkan rubik, kita tidak bisa langsung menyusun semua sisi menjadi satu warna dalam satu putaran. Ada proses panjang yang harus dilalui: mencoba, mengamati, mengoreksi langkah, bahkan memutar balik jika arah kita salah.
Begitu pula dalam hidup. Kita tak bisa berharap semua hal langsung berjalan sempurna. Ada hal-hal yang harus kita pelajari dulu. Ada waktu-waktu di mana hidup terasa berantakan, namun itu bagian dari proses menyusun kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Jadi, jika ingin hidup menjadi lebih baik, kitalah yang harus mulai berbenah.
Berbeda Tapi Bisa Selaras
Rubik terdiri dari berbagai warna. Awalnya semua warna itu bercampur tak beraturan. Tapi semakin kita memahami cara menyusunnya, semakin terlihat pola bahwa warna yang sama akan berkumpul di satu sisi. Jika kita ambil hikmahnya, Itu merupakan cerminan kehidupan.
Kita ini berbeda-beda. Baik karakter, latar belakang maupun pemikiran. Namun dalam sunnatullah (hukum alam yang ditetapkan Allah), orang-orang yang memiliki nilai dan tujuan hidup yang sama akan cenderung saling mendekat.
Karena itu, tak perlu sibuk mencari teman yang sempurna. Cukup fokus memperbaiki diri. Sebab ketika kita berubah menjadi lebih baik, Allah akan mendekatkan kita dengan orang-orang yang baik pula.
Nabi ﷺ bersabda:
"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa memberimu minyak wangi atau kamu bisa membeli darinya, atau kamu mencium bau harum darinya. Adapun pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu, atau kamu mencium bau tidak sedap darinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, berkumpullah dengan warna-warna yang baik — tapi sebelumnya, jadilah warna yang layak untuk dikumpulkan.
Kalau rubik saja bisa tersusun rapi dari kekacauan, mengapa hidup kita tidak?
Asalkan kita terus bersabar, terus berusaha, dan terus memperbaiki cara pandang — insyaAllah, perlahan demi perlahan, satu sisi kehidupan akan mulai tersusun. Lalu sisi yang lain menyusul. Sampai akhirnya, hidup kita menemukan keindahannya sendiri.
Jadi, jangan menyerah. Teruslah memutar arah. Karena pada akhirnya, setiap warna akan menemukan tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar