Minggu, 27 April 2025

Sifat Sombong dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadis: Bahaya yang Menghancurkan

Sombong adalah salah satu sifat tercela yang sangat dibenci dalam Islam. Ia adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja—termasuk orang yang terlihat paling taat, paling berilmu, atau paling berjasa sekalipun. Dalam Al-Qur’an dan hadis, kesombongan disebut sebagai penyebab kehancuran individu maupun suatu kaum.

Kesombongan dalam Al-Qur’an: Pelajaran dari Para Pendahulu

1. Kesombongan Iblis
Kisah iblis adalah contoh pertama tentang kesombongan yang dicatat dalam Al-Qur’an. Ketika Allah memerintahkan semua makhluk untuk sujud kepada Nabi Adam, iblis menolak karena merasa lebih baik.

"Ia (Iblis) berkata: 'Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.'" (QS. Al-A'raf: 12)

Kesombongan iblis muncul dari rasa senioritas dan merasa lebih layak, lebih mulia. Ini menjadi pelajaran bahwa kesombongan bisa muncul meski seseorang rajin beribadah, jika hati tidak dijaga.

2. Kesombongan Para Penguasa: Fir’aun dan Namrud
Fir’aun merasa dirinya sebagai tuhan tertinggi dan menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa.

"Maka Fir’aun berkata: 'Akulah tuhanmu yang paling tinggi.'" (QS. An-Nazi'at: 24)

Kesombongan yang dibalut kekuasaan membuat seseorang tidak segan menindas, menolak kebenaran, dan berbuat zhalim kepada orang lain.

3. Kesombongan Kaum Terdahulu: Bani Israil
Kaum Bani Israil menganggap diri mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan dan merendahkan nabi-nabi yang tidak berasal dari kalangan mereka.

"Dan mereka berkata: 'Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.' Katakanlah: 'Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?'" (QS. Al-Ma'idah: 18)

Sikap ini membuat mereka menutup diri dari kebenaran dan bahkan mendustakan para nabi.

Kesombongan dalam Kehidupan Modern: Ketika Senioritas Membutakan Hati

Dalam lingkungan organisasi, lembaga, atau komunitas, kesombongan bisa muncul dalam bentuk yang lebih halus tapi merusak. Seorang senior yang merasa paling berjasa, paling lama berkontribusi, atau paling paham aturan bisa terjerumus ke dalam sifat sombong. Ia mungkin meremehkan pendapat junior, enggan menerima masukan, atau bahkan bersikap otoriter.

Padahal, dalam Islam, keutamaan bukan berdasarkan lamanya bergabung atau banyaknya posisi, melainkan ketakwaan dan kerendahan hati.

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13)

Sombong karena posisi atau pengalaman justru menghambat kemajuan organisasi. Orang sombong sulit diajak musyawarah, tidak menerima kritik, dan sering kali menekan bawahannya.

Nabi Muhammad bersabda:

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi." (HR. Muslim, no. 91)

Ciri dan Dampak Sifat Sombong

Kesombongan bisa dikenali lewat sifat-sifat berikut:
- Tinggi hati dan angkuh
- Meremehkan orang lain
- Sulit menerima nasihat
- Zhalim dan tidak adil
- Tidak memiliki rasa kasih sayang

Orang yang sombong bukan hanya merugikan dirinya sendiri, tapi juga menzalimi orang lain. Doa orang yang dizalimi bisa menjadi sebab kebinasaan bagi pelaku kesombongan.

"Takutlah kalian terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah." (HR. Bukhari no. 2448; Muslim no. 19)

Sombong adalah akar dari banyak kerusakan. Dari iblis hingga penguasa zhalim, dari kaum terdahulu hingga para senior yang lalai, semua menunjukkan bahwa kesombongan menutup pintu hidayah. Islam mengajarkan kita untuk merendahkan hati, membuka telinga terhadap nasihat, dan menghargai sesama, apapun latar belakangnya.

"Barang siapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim no. 2588)

Mari jaga hati dari kesombongan, agar kita tidak termasuk golongan yang tertolak di sisi Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar